Taman yang Tak Pernah Dihuni

Nasihat ditulis
seperti lentera yang digantung tinggi,
menyinari pepohonan jauh
namun enggan jatuh
ke tanah yang membutuhkannya

Petuah melayang
bagaikan burung kertas di udara senja
melintasi langit
namun tak pernah singgah
pada tangan yang melipatnya

Dalam paragraf bening,
sebuah sungai mengalir pelan
airnya menyentuh tepi dunia
namun tak sekalipun
membasuh sumbernya sendiri

Arah ditawarkan
layaknya kompas yang anggun
tetapi jarum di dalamnya
gemetar setiap kali
ditodongkan ke dada pemiliknya

Kata-kata menjelma kastil cahaya
megah dan lembut
namun penuh bayang-bayang
yang mengetuk jendela
meminta diakui keberadaannya

Nasihat pun mekar
seperti bunga kaca
bening dan memesona
tapi retak oleh kejujuran
yang tak pernah diundang pulang

Dan betapa lirih hidup
yang penuh lilin menyala
sementara satu-satunya lilin
yang benar-benar dibutuhkan
dibiarkan tetap padam

Pada akhirnya,
yang tersisa hanyalah taman sunyi
tempat kata-kata tak pulang
karena tanah asalnya sendiri
tak pernah siap
ditanami kebenaran

Puisi ini ditulis oleh Rapi Pradipta

Posting Komentar

0 Komentar